7 Topeng Kehidupan: Setiap Dari Kita Memakai Topeng Untuk Menutupi Diri Kita?

7 Topeng Kehidupan: Setiap Dari Kita Memakai Topeng Untuk Menutupi Diri Kita?

Dalam situasi yang lebih kompleks, orang dapat menggunakan berbagai topeng untuk menutupi dirinya dari emosi emosi yang tidak menyenangkan dalam dirinya.
Di kehidupan kita sehari hari terdapat banyak sekali topeng yang dipakai oleh orang untuk menutupi kekurangan, kelemahan, kejelekan, ketidakberdayaan, bahkan juga untuk menutupi identitas dirinya yang gelap.
Mungkin kita masih ingat dengan cerita klasik karya Robert Louis Stevenson, Dr Jekyll anda Mr Hyde yang bercerita tentang seorang dokter yang sekaligus memiliki sisi gelap sebagai seorang pembunuh. Pada waktu siang hari, Dr Jekyll berprofesi sebagai seorang dokter yang menyelamatkan kehidupan. Namun, di malam harinya ia bertindak sebagai setan kegelapan yang mencabut kehidupan seseorang. Menarik memang, bagaimana 2 pribadi yang bertolak belakang tersebut bisa hidup dalam satu tubuh.
Pada bagian ini kita akan mengkaji beberapa jenis topeng yang banyak dipakai dalam kehidupan kita sehari hari. Minimal, saya mencoba meringkasnya ada 7 topeng utama, yang paling sering ditemukan, atau yang sering kita pakai dalam kehidupan kita sehari hari, kadang kadang tanpa sadar, kita menggunakan topeng ini dalam kehidupan kita untuk melindungi diri dari ancaman ancaman terhadap perasaan kita yang tidak aman.
Adalah wajar dan normal sebenarnya bila dalam situasi dimana diri kita merasa tidak aman, kita berlindung di balik topeng topeng ini. Secara manusiawi, menggunakan topeng adalah sesuatu yang lumrah. Namun, jika topeng topeng ini selalu dipakai, dikenakan dalam setiap kesempatan, dan si pemakainya sendiri terobsesi untuk terus menerus menggunakan topeng ini, berarti ada abnormalitas atau kelainan yang terjadi pada diri si pemakainya. Dalam jangka yang panjang, topeng ini tidak saja merusak mental si pemakainya, tetapi juga merusak keotentikan hubungannya dengan orang lain.
Cobalah untuk merefleksikan diri anda, siapa tahu anda pun salah seorang pemakai topeng ini?
Topeng 1: topeng kepemilikan
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Takut tidak diterima, khawatir ditolak, takut dihina, cemas dengan apa yang mungkin dikatakan secara negative oleh orang lain, rasa tidak aman tanpa ditunjang oleh rasa memiliki benda benda yang menaikkan gengsinya, rasa tidak aman terhadap dirinya sekarang, rasa cemas akibat menutup nutupi dirinya yang sesungguhnya.
Gambaran topeng kepemilikan:
Menggunakan benda benda atau materi secara berlebihan untuk menunjukkan identitas dirinya. Dengan benda benda tersebut, orang yang menggunakan topeng ini ingin merasa lebih baik dan lebih tinggi kelasnya dibandingkan orang lain. Wujud perilaku yang biasa tampak adalah menggunakan barang barang yang terlalu mewah tidak pada tempatnya. Barang barang itu dapat berupa pakaian, asesoris perhiasan, asesoris badan, rumah, mobil, benda benda perlengkapan kerja dan lain lain.
Jika perlu, orang orang yang terobsesi menggunakan topeng kepemilikan ini rela untuk berhutang kiri kanan agar bisa memenuhi seleranya untuk memiliki benda benda yang berkelas. Orang yang memakai topeng kepemilikan, cemas, jika orang lain tidak tahu mengetahui nilai dari barang barang yang mereka pergunakan. Oleh karena itu, tanpa sadar ia selalu membuat promosi atas barang barang yang ia miliki. Sebab, barang barang itulah identitas dirinya.

Topeng 2: Topeng Intelektualitas
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Takut kelihatan seperti orang bodoh, merasa tidak aman dengan tingkat pengetahuannya yang dianggap kurang oleh orang lain. Khawatir dan cemas bila cara berpikir dan berbicaranya dianggap tidak berbobot, khawatir jika lingkungannya tidak memberikannya penghargaan karena tingkat intelektualitasnya dianggap kurang.
Gambaran topeng intelektualitas:
Menggunakan titel titel dan embel embel pendidikan secara eksesif untuk mengesankan lawan bicaranya. Bahkan, jika perlu orang yang menggunakan topeng intelektualitas ini membeli dan membayar supaya mendapatkan tambahan embel embel, seperti Dr, PhD, Prof, MBA untuk mengesankan orang lain. Bukankah banyak orang yang senang bertopengkan intelektualitas di Negara kita ini sehingga menyuburkan lembaga lembaga yang menjual gelar gelar?. Cukup dengan membayar sejumlah biaya tertentu, mereka merasa bangga menempelkan gelar gelar dan titel bergengsi ini untuk mengesankan orang lain. Namun meskipun sudah menggunakan titel titel ini, kualitas mereka yang sesungguhnya tetap saja jauh di bawah kualitas titel yang mereka sandang.
Jadi, pada dasarnya orang lain tidak dapat ditipu. Topeng ini juga menjadi penyakit bagi periset, guru, dosen, pengajar dan ilmuwan lainnya untuk mengesankan orang lain. Termasuk di sini adalah kebiasaan menggunakan kosa kata yang tidak pada tempatnya. Kebiasaan menggunakan bahasa asing untuk memberikan impresi sebagai seorang terpelajar. Atau kebiasaan mengutip sana sini sumber buku atau referensi ilmiah yang tidak pada konteksnya agar dicap berbicara ilmiah.

Topeng 3: Topeng Sosial
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Takut status sosialnya terlihat rendah, tidak diterima kelompok atau masyarakat tertentu, khawatir diabaikan, rasa khawatir jika dianggap tidak memiliki level pergaulan yang pantas untuk masuk dalam kelompok tertentu, perasaan minder dan rasa tidak percaya diri yang ada di dalam dirinya karena identitas sosialnya.
Gambaran topeng sosial:
Orang dengan topeng sosial berjuang mati matian untuk membangun dan mempertahankan status sosialnya agar tampak memiliki kelas dan gengsi sosial tertentu. Untuk itu orang yang memiliki topeng sosial berusaha hanya ingin berteman dengan orang yang kelas sosialnya lebih tinggi.
Berusaha masuk dalam keanggotaan kelompok tertentu atau bahkan membayar mahal agar bisa masuk dalam lingkaran kelompok sosial tertentu, agar identitasnya yang sesungguhnya bisa ditutupi, atau agar ia bisa naik kelas sosialnya. Mereka yang menggunakan topeng sosial ini selalu membangga banggakan temannya yang berpangkat, artis, bintang film, orang terkenal, pejabat, dan lain lain. Mereka menikmati dalam hidup sebagai parasite dalam interaksi sosial uang mengangkat gengsinya itu. Ia sendiri tampaknya tidak punya ambisi untuk bekerja keras dan berusaha menjadi orang yang terkenal, ia lebih menikmati usaha jalinan sosial yang untuk mengangkat status dan level dirinya. Namun, ketika rekan atau sahabatnya tidak lagi memberikan jaminan gengsi sosial yang diinginkan, ia segera lari mencari orang lain yang bisa memuaskan kehausannya akan level sosial yang lebih tinggi.

Topeng 4: Topeng Moral
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Cemas dengan keberdosaan yang dirasakannya dan berupaya menutupinya. Kemungkinan untuk menutupi rasa bersalah atas pengalamannya di masa lalu, takut tidak diterima di kalangan atau kelompok yang mementingkan nilai nilai religius, rasa tidak aman dengan keburukan dan sisi gelap dari dirinya yang perlu ditutupi, ada perasaan minder terhadap dirinya sendiri yang dikamuflase dengan kepuasan menguasi orang lain dengan memberikan nasehat nasehat moral, etika dan agama.
Gambaran topeng moral:
Perilaku orang yang menggunakan topeng moral sekilas akan tampak keluar sebagai orang yang saleh, beriman, sangat bertakwa dan senantiasa memberikan nasehat nasehat moral. Ia bersembunyi di balik ayat ayat Kitab Suci, upacara keagamaan, atau penilaian penilaian atas nama agama terhadap orang lain atau kelompok tertentu. Sepintas cara berbicara maupun bersikapnya tampak sebagai orang yang bermoral, berilmu agama dan berkeyakinan religius yang tinggi. Dan memang itulah, ia berusaha mati matian supaya dilihat orang lain demikian. Namun, jika kita mengenal perilakunya yang asli akan tampak bahwa kata katanya yang mengutip Kitab Suci, berbicara tentang keagamaan, dan menawarkan nasehat nasehat rohani tidak sejalan dengan kehidupan nyata yang ia jalani.
Dalam kehidupan nyata seperti dalam kehidupan keluarga atau kehidupan bisnis, boleh jadi ia menjadi orang yang sangat garang, mudah tersinggung, manipulative, tidak jujur, korupsi, menginjak dan menekan bawahan, serta menyebarkan gossip negative. Agama, iman dan moral sering kali hanyalah tameng baginya untuk menutupi kekurangan atau dosa yang ia lakukan. Bahkan, di berbagai kesempatan ia tampil menjadi penasehat rohani, aktif dalam berbagai kegiatan keagamaan, sibuk dengan acara acara yang berbau rohani tentu saja, ini semua topeng belaka.

Topeng 5: Topeng Impresif (Aktor/Artis)
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Khawatir jika kekurangan atau sisi negative pada dirinya terungkap, rasa cemas, jika tidak dicintai atau dihargai oleh banyak orang, khawatir jika ada kesan negative orang lain mengenai dirinya, terobsesi untuk dikenal sebagai figure public yang positif, keinginan untuk terus menerus mendapat tepuk tangan dari orang lain.
Gambaran topeng impresif (Aktor/Artis)
Hal ini tidak berarti semua actor/artis menggunakan topeng ini. Istilah ini hanyalah dipakai untuk mendeskripsikan topeng yang banyak dipakai di kalangan para selebriti, public figure, dan mereka mereka yang haus akan pujian. Orang yang menggunakan topeng ini ingin memberikan kesan positif pada orang orang yang mengenalnya. Untuk itu berusaha menunjukkan sikap yang positif, bermurah hati, pengertian, dan memberikan kata kata atau janji yang seakan akan menunjukkan bahwa dirinya adalah orang yang baik dan bermurah hati. Jika terdapat kesempatan melakukan perbuatan baik, apalagi yang mengandung tingkat publisitas yang tinggi, dialah yang maju pertama kali.
Orang yang menggunakan topeng ini, haus akan sanjungan, pujian dan tepuk tangan. Di depan orang lain, ia tidak akan segan segan merogoh koceknya dalam dalam supaya dianggap sebagai orang yang murah hati. Ia tahu mengenai cara dan metode untuk membuat perasaan orang lain senang sehingga orang lain akan terkesan secara sepintas. Ia bahkan royal dengan memberi hadiah hadiah dan janji janji yang akhirnya tidak dapat ditepatinya sendiri.
Ia pun banyak memberi nasehat nasehat dan ingin memberikan kesan sebagai orang yang suka menolong, baik, pantas diteladani, dan positif hidupnya. Ia menjadi gelisah jika kesan kesan itu menghilang, lenyap atau ditarik kembali oleh orang lain. Oleh karena itu, ia akan berusaha keras untuk menjaga kesan ini. Meskipin ia menunjukkan kebaikan dan perilaku menolong, sebenarnya ia tidaklah begitu tertari untuk membantu orang lain. Ia hanya tertarik untuk memberi makan ego nya sendiri, dengan memperoleh kesan yang sangat positif dari orang lain.

Topeng 6: Topeng Jabatan
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Adanya perasaan kerdil dan minder pada dirinya yang sesungguhnya merasa dirinya tidak berharga tanpa embel embel jabatan dan pangkat. Kemungkinan pernah memiliki pengalaman traumatis karena merasa direndahkan atau dianggap sepele oleh orang yang berpangkat tinggi, adanya kelemahan dan sisi kurang pada dirinya yang ingin ditutupi.
Gambaran topeng jabatan:
Cukup gampang bagi kita untuk mengenali orang orang dengan topeng jabatan ini. Baginya yang penting adalah orang lain mengetahui posisi dan jabatannya. Ia bangga dengan jabatan dan posisinya. Dalam berbagai acara dan kesempatan umum ia ingin mendapatkan perlakukan khusus. Ia ingin orang lain selalu dan senantiasa memperlakukan dirinya lebih tinggi karena jabatan atau pangkatnya. Ia gemar membagikan kartu nama yang mencetak jabatannya tebal tebal dan berupaya mengesankan orang lain sebanyak mungkin dengan posisinya saat ini. Ia menyepelekan orang lain yang jabatannya lebih rendah dan mengganggap orang lain yang jabatannya lebih rendah, harus berada pada posisi yang lebih rendah untuk berbicara dengannya.
Dengan demikian ia cenderung menjadi dominan dan ingin menunjukkan superioritas lewat kekuasaannya serta berusaha menjadi paling tahu, paling hebat, dan paling berharga dalam setiap pembicaraan. Tentu saja, semua ini dilakukan untuk menutupi kekurangannya pada jati dirinya. Ia ingin orang lain selalu menunduk, hormat, patuh dan selalu seia sekata dengannya. Jika tidak, ia gampang merasa tersinggung, merasa kehormatannya dilangkahi, dan dengan mudah menggunakan jabatan serta posisinya untuk mengancam. Namun, dengan mudah pula ia merasa dirinya gerah dan terancam di lingkungan dimana justru posisinya memang relative lebih rendah atau dianggap sama dengan orang lain. Karena pada dasarnya ia selalu ingin merasa menjadi orang yang special dan superior karena jabatan serta posisinya.

Topeng 7: Topeng Seksualitas
Sumber rasa ketidakamanan emosi:
Adanya rasa tidak aman dengan dirinya yang sesungguhnya. Adanya rasa minder atas keadaan dirinya di luar segi fisiknya, kesulitan untuk mencintai tanpa syarat karena dirinya terbiasa dicintai secara bersyarat, ketidakpercayaan yang besar terhadap orang lain karena merasa bahwa orang lain selalu mengambil keuntungan dari dirinya, tidak merasa memiliki sisi lain yang positif dan dapat dikembangkan dalam dirinya, terobsesi terus menerus untuk menguasai orang lain dengan daya tarik fisiknya, kehausan untuk terus menerus dipuji dan dicintai karena daya tarik pada fisiknya.
Gambaran Topeng Seksualitas:

Orang yang menggunakan topeng seksualitas tidaklah sama dengan orang yang doyan seks. Mereka tidak terlalu tertarik dengan seks sebagai tujuan, tetapi bagi mereka seks adalah alat. Alat untuk mencapai tujuan, ambisi atau untuk sekedar pemenuhan egonya. Ia sendiri pandai untuk menggunakan daya tarik seksualnya sebagai alat untuk memanipulasi orang lain. Pada intinya, orang yang menggunakan topeng seksualitas ini sebenarnya adalah orang yang sex appealnya tinggi, ia mengerti bahwa secara fisik, dirinya memikat dan menarik bagi lawan jenis. Oleh karena itu, ia menggunakan kelebihannya pada sisi ini untuk mengambil manfaat sebanyak mungkin dari orang orang yang terpikat dengannya dan dapat ia jadikan korban.

0 Response to "7 Topeng Kehidupan: Setiap Dari Kita Memakai Topeng Untuk Menutupi Diri Kita?"

Posting Komentar

Postingan Populer

Label